Hanyut Dalam High Hopes Milik Kodaline

                Malam itu, Bandung diguyur hujan yang sangat deras. Dan aku hanya bisa terpaku di depan layar laptop temanku. Ditemani dengan internet kencang di saluran youtube, fitur mode autoplay membawaku menonton clip dari sebuah band bernama Kodaline dengan single-nya High Hopes. Entah kenapa tayangan itu menghujam dadaku. Padahal liriknya aku tak paham sama sekali isi maknanya. Aku hanya tahu kombinasi hujan, nada lagunya, dan tayangan cerita di video clip tersebut. Terasa sangat dalam walau tak begitu dekat. Terasa begitu menyayat.

               Aku tahu lagu tersebut telah lama, kala seringkali temanku menyanyikannya dengan gitarnya. Tak jarang pula yang lagu tersebut tersetel dan aku dengarkan dengan seksama. Tapi tak ada yang istimewa sebelumnya. Cukup enak dan mudah dinikmati. Tapi ketika aku melihat clipnya semua berubah begitu drastis. Ada nuansa gelap dan sakit dari pembawaan video tersebut. Mungkin aku berlebihan. Mungkin juga sutradara dalam pembuatan video musik tersebut terlampau cerdas untuk menyampaikan pesan dari si lagunya. Atau bisa saja ia bisa mendramatisir cerita sehingga rasa yang ada dalam lagu tersebut tersampaikan dengan hakiki kepada para penontonnya.

                Dua orang yang seakan terikat dalam suatu jalinan cinta tulus tersaji dalam video tersebut. Diawali dengan skena sang pria tua yang berniat bunuh diri dengan metode mengunci diri di dalam mobil yang menyala dengan saluran asap pembuangan dari knalpot ditambahkan selang sehingga asap knalpot bisa masuk lagi ke dalam mobil yang ia diami. Berharap tidak ada oksigen yang bisa ia hirup dan napasnya hanya terdapat gas karbon monoksida yang beracun. Hingga akhirnya ia kehabisan nafas dan terlelap mencabut nyawanya sendiri. Namun kemudian sebelum kesadarannya hilang datang seorang wanita mengenakan gaun pengantin dengan di belakangnya terdapat gerombolan lelaki yang mengenakan tuxedo. Saya menangkap bahwa wanita tersebut lari dari sebuah ritus pernikahan, dan memilih untuk bersama sang lelaki tua di dalam mobil.

          Cerita berlanjut dengan kehidupan sang wanita dan laki-laki itu ketika bersama setelah melarikan diri dengan mobil yang sama. Senda gurau, raut bahagia menggambarkan kehidupan mereka yang berwarna cerah saat bersama. Saling menerima apa adanya dan menjadi pribadi asli mereka tanpa beban apa-apa. Hingga suatu waktu mereka pergi bertamasya dan tanpa disadari mereka dihampiri oleh salah seorang dari gerombolan lelaki yang disebutkan di awal. Mungkin ia adalah mantan calon suami si wanita itu. Lelaki itu menembakkan shotgun ke arah sejoli yang kabur itu. peluru menghantam tubuh si pria tua menembus hingga sampai pula peluru itu ke tubuh sang wanita. Sang wanita mati di pelukkan sang pria tua. Pria tua melanjutkan hidup dengan kekosongan setelahnya. Tak ada lagi raut bahagia yang pernah menghampirinya. Semua hilang bersama harapan yang pupus ditembak peluru shotgun. Video ditutup dengan sang pria tua yang terbaring di kasurnya sendiri menatap kosong dan jauh.

          Kalau kamu belum pernah menonton videonya coba sempatkan waktu sesekali melihatnya. Utamanya kala hujan. Suasana hatimu yang sebenarnya sedang biasa saja, bisa mendadak muram kemudian. Walau kamu tak pernah bersinggungan sedikitpun dengan cerita yang ada di dalam video tersebut, kamu pasti akan merasa seperti penonton yang berada di tempat kejadian semua peristiwa tersebut atau lebih lagi, kamu adalah seorang sahabat dari si pria tua dan kamu bisa merasakan empati atas semua kejadian yang menimpa sahabatmu si pria tua tersebut. Disarankan untuk menontonnya dengan kualitas video terbaik yang disediakan oleh youtube. Ketika sudah usai menonton video tersebut, keluarlah, bersembunyi di balik hujan deras, agar air matamu tersamarkan.

                Eits, ternyata videonya belum beres. Ada apa di akhir ceritanya?

Kodaline – High Hopes

314/365
11 November 2018