Jangan Nonton Sendirian

Judul posting-an ini biasa didengung-dengungkan kalau nonton film yang bergenre horror atau thriller. Kalau film atau serial bergenre drama, kamu mau nonton banyakan atau sendiri, silakan saja. Tidak jadi masalah. Tapi, tidak berlaku untuk serial yang berjudul “13 Reasons Why”. Serius, kalau bisa nonton ada temannya lebih baik untuk diri kamu.

Serial 13 Reasons Why adalah serial yang diangkat dari cerita sebuah novel dengan judul sama. Kisahnya tentang seorang gadis SMA yang bernama Hannah Baker memutuskan untuk bunuh diri setelah mengalami suka duka kehidupan SMA di Liberty High School. Sebelum bunuh diri Hannah Baker sempat merekam curhatannya dalam kaset berjumlah 13 buah. Masing-masing kaset menceritakan satu orang teman SMA-nya yang menjadi penyebab ia mengambil keputusan tersebut. Rekaman tersebut harus didengarkan oleh masing-masing orang yang disinggung di dalamnya. Pada cerita ini rekaman itu sedang dalam tangan temannya yang bernama Clay Jensen. Clay Jensen yang tidak siap ditinggal oleh Hannah Baker yang bunuh diri menelusuri kebenaran dari setiap rekaman yang ia dengarkan, sehingga semua yang tersebut namanya dalam rekaman dapat bertanggung jawab atas sikapnya kepada Hannah Baker selama ia masih hidup.

Setelah menonton 13 Reasons Why season 1 ini saya jadi sedikit mengerti kenapa sempat ada video atau lagu atau karya sastra yang dilarang peredarannya di berbagai negara karena dituding dapat memicu keinginan untuk bunuh diri. Tenang, tenang, tenang. Saya tidak ada niatan ke arah sana. 13 Reasons Why ini hanya mengakibatkan muncul rasa depresi dalam diri saya. Setelah saya berbagi pengalaman dengan seorang teman yang juga pernah menontonnya, ia merasakan hal yang serupa. Berhenti pada episode 3, ia hanya berani melanjutkan menonton hingga episode 13 bila ada yang menemani. Selain itu juga, karena isi ceritanya jauh berbeda dengan kehidupan saya, saya tidak merasa ada keterikatan apa-apa, sehingga depresi saja cukup untuk saya rasakan. Saya hanya merasa berada dalam kegelapan. Percaya atau tidak, saya mengatakan yang sebenarnya.

Alur kisah yang ditampilkan di 13 Reasons Why ini cukup menarik bagi saya, karena saya merasa dipermainkan dengan sudut pandang saya. Di satu sisi saya percaya dengan rekaman yang ada. Di sisi lainnya saya merasa kalau rekaman kaset itu hanyalah untuk mencari perhatian orang-orang saja, bahkan setelah Hannah Baker sudah meninggal. Untuk kualitas bermain peran dari para aktor dan aktris di dalamnya tidak terbilang bagus, namun cukup. Saya bisa bilang begitu karena ada beberapa detail gestur dan raut muka yang bagi saya wagu. Ada keadaan di mana tokoh di sana berada dalam keadaan terkejut, tapi rasa terkejut itu kurang tampak.

Kualitas permainan peran tersebut masih bisa ditoleransi karena para pemeran tersebut adalah muka-muka baru di layar Netflix. Dan juga cerita, alur, penyampaian inti yang diberikan oleh sutrada sangat baik sehingga bisa menutupi kualitas acting para pemeran di dalamnya. Ngomong-ngomong tentang Netflix, dalam serial 13 Reasons Why ini, saya merasakan ada semacam bentuk pembiasaan kepada masyarakat terkait isu-isu LGBT. Di dalam serial 13 Reasons Why ini ditampilkan secara gamblang pasangan gay, baik laki-laki atau perempuan. Walau tidak ada adegan yang mengumbar kemesraan pasangan LGBT, namun bagi saya sendiri itu sudah cukup rawan kalau tayang di negara kita. Pasti ada banyak protes bila diketahui diwajarkannya LGBT di dalam serial 13 Reasons Why ini.

Mungkin itu juga alasan lebih baik tidak menonton sendiri. Kalau kamu ragu sama orientasi seksual kamu, saya tidak menyarankan kamu untuk menonton ini, selain karena rasa depresi yang akan kamu derita. Tidak lucu bukan, kalau kamu menonton untuk mendapat hiburan tapi yang kamu dapatkan justru rasa sepi, cemas, putus asa, hampa setelah menonton ini. Bagi saya sendiri, itu sangat memuakkan. Pengalaman teman saya yang telah saya ceritakan sebelumnya, setelah ia beres menamatkan nonton 13 Reasons Why season 1 ini, ia butuh waktu satu minggu untuk pemulihan mental dirinya seperti keadaan semula. Saya pun berharap semoga 1 minggu itu segera usai. Saya tidak mau berlama-lama merasa depresi.

 

98/365
8 April 2018

 

One thought on “Jangan Nonton Sendirian”

Leave a comment