Dua Belas Tahun Masa Pertumbuhan : Boyhood

            boyhood

(sumber gambar : gonewiththetwins.com)

             Dalam sebuah perceraian antara suami-istri, selalulah sang anak yang menjadi korban. Orang tua yang tidak lagi hidup bersama menjadi sebuah masalah perkembangan dari anak untuk  melalui berbagai fase pertumbuhan. Anak yang mengalami fase bocah, remaja hingga dewasa tentulah butuh sosok untuk membantunya berkembang, baik dari segi pola pikir ataupun mental untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya.

                Rangkuman kisah perjalanan seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa dari latar belakang keluarga broken home tersebut dapat kita saksikan dalam sebuah film berjudul Boyhood. Film ini memiliki pusat cerita pada tokoh bernama Mason. Mason yang berumur 6 tahun pada awal film ini dan saudarinya yang bernama Samantha harus menghadapi berbagai situasi sulit bersama sang ibu kandung yang mengasuh mereka sebagai orang tua tunggal. Sementara sang ayah telah satu tahun lebih tidak ada kabar semenjak hidup jauh dari mereka di Alaska.

                Beruntung sang ayah tidak sepenuhnya hilang dari kehidupan Mason dan Samantha. Sang ayah tetap hadir dalam masa perkembangan Mason dan Samantha walau hanya untuk bertemu di akhir pekan. Di luar itu, Mason sendiri harus berhadapan dengan keadaan sang ibu yang mengalami kesulitan finansial sehingga harus berpindah tempat tinggal dan kembali ke bangku kuliah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Selain itu, Mason pun harus mengalami hidup seatap dengan beberapa ayah tiri yang dinikahi ibunya, walaupun kegagalan demi kegagalan menghampiri kehidupan rumah tangga mereka.

                Kehidupan yang memaksa mereka untuk terus berpindah-pindah tempat tinggal pun berakibat terhadap tumbuh dan berkembangnya Mason karena harus terus beradaptasi dengan lingkungan baru sekaligus teman-teman baru. Masa-masa puber seorang anak laki-laki pun diceritakan di sini. Bimbingan seorang ayah tentu diperlukan seorang anak laki-laki untuk menjalani itu semua. Terlihat di sini, bahwa banyak diskusi yang terjadi antara seorang anak dan seorang ayah. Diskusi pelbagai hal ketika sang anak mengalami banyak kebingungan terhadap dunia.

                Dapat kita tarik sebuah kesimpulan juga dalam film ini bahwa, tidak selamanya anak yang broken home berujung pada anak-anak yang nakal dan rentan terjerumus dengan narkoba atau tindak kriminalitas seperti mengutil di toko dan lainnya, selama kedua orang tua hadir dalam kehidupan anaknya walaupun tidak berada dalam satu rumah. Hingga akhirnya sang anak selamat dari berbagai krisis yang dialami manusia pada fase remaja menuju dewasa.

                Menariknya film ini adalah proses pembuatan film tersebut menghabiskan waktu selama 12 tahun dari 2002 sampai 2013. Semua pemeran dalam film ini pun adalah orang yang sama. Baik dari tokoh utama itu sendiri yaitu, pemeran Mason, pemeran Samantha, hingga kedua orang tua mereka. Kita bisa lihat perubahan fisik manusia dari seorang anak-anak yang beranjak dewasa secara nyata di dalam film yang berdurasi lebih dari dua setengah jam ini. Tidak ada efek canggih untuk membentuk perubahan fisik dari para aktor ini. Tidak ada pemeran yang berbeda antara Mason kecil dan Mason yang pada akhir cerita sudah menuju bangku kuliah. Semua dibiarkan secara alami oleh pertumbuhan yang memang seharusnya terjadi pada manusia.

                Untuk penulis sendiri, film ini dapat memberi wawasan dan sudut pandang terhadap cara mendidik anak kelak. Di luar beberapa plot cerita yang bersinggungan langsung dengan kisah hidup penulis, kisah yang diambil dalam film ini benar-benar sederhana, dengan konflik-konflik yang terjadi adalah konflik yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang jamak terjadi, khususnya konflik rumah tangga dan perselisihan antara seorang anak dan ayah tiri.

                Film ini penulis rasa dapat menjadi sedikit rujukan bagi orang yang belum menikah, belum mempunyai anak, atau yang mengalami kegagalan berumah tangga ketika telah memiliki anak. Walaupun sebetulnya kita telah melalui fase-fase menjadi seorang anak dan remaja, tapi tentunya ada hal yang berbeda untuk menghadapi anak sendiri dalam posisi sebagai orang tua untuk mendidik anak-anak menjadi lebih baik dari kita.

154/365
4 Juni 2018

Leave a comment